Image     Buku Tamu   Humor    Buku Tamu   Site Map

5 Nov 2009

Dasar penghargaan ?

Kemampuan seseorang tidak lah sama, kalaupun tidak berijazah tinggi kenapa mesti dibedakan dengan orang berijazah tinggi, kalau kriterianya adalah kemampuan. Betapa kasihan seseorang jika tidak mempunyai ijazah tinggi namun dalam pelaksanaannya lain sekali perlakuannya, padalah ia sudah mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki, padahal kawan-kawan satu level atau dibawah levelnya telah mengantongi jazah yang cukup tinggi, ia sekarang tidak mempunyai ijazah yang tinggi, karena di saat orang lain masih dapat meneruskan kuliah ia masih saja mengolah kemampuannya walaupun tidak di dalam bangku perguruan tinggi, hidupnya ia abdikan untuk penelitian dan penelitian, kemampuannya kini juga tidak kalah dengan yang lain, hingga orangorang disekelilingnya menganggap gila.

Dianggap gila karena masih saja ia menekuni pekerjaan yang tidak menghasilkan uang, ataupun gelar, ataupun sosial masyarakat, ia masih saja bertahan, dan berharap suatu hari dengan kemampuannya ia ingin pensiun muda, seperti bill gates yang selama ini ia jadikan referensi. atau seperti bob sadino yang kemana-mana dengan celana pendek, namun mempunyai ribuan karyawan, ia ingin menjadi orang yang bebas dengan ia menjadi tuan di tanahnya sendiri, bukan lagi budak di negeri orang.

Namun apa daya, yang ia jalani sekarang hanyalah agar membuatnya tetap survive di masa yang serba sulit ini, dengan kedua anaknya yang masih kecil. Apa daya ayah dari dua orang ini ingin setulus-tulusnya membuat keluarganya bahagia, maka ia pun mengabdikan diri kepada masyarakat dengan tidak melepas pekerjaannya, dan disanalah ia menambah koleksi atas perilaku dan watak seseorang.

Tempatnya ia bekerja membuat ia membuka diri untuk lebih menerima perbedaan, jauh berbeda dengan yang ia hadapi setiap hari di rumah kontrakan yang tidak begitu besar itu. ratusan orang ia jumpai setiap hari, puluhan masalah ia hadapi, berinteraksi dengan orang lain membuatnya semakin membuka dirinya.

Namun apa yang ia peroleh ternyata berbeda dengan apa yang orang lain ia tidak ingin dicemari oleh keinginan untuk menguasai orang lain.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, apa saja dapat terlihat-apa saja dapat di dengan, sehingga membuatnya muak, membuatnya merasa gerah, membuatnya merasa jalan yang telah ditempuhnya jelas-jelas salah, "Ah itu khan ukuran orang kebanyakan", "kalau diberi sedikit begitu ", "atas nama apa ", atas nama prestasi", "hah lalu prestasi apa yang akan kamu katakan", "kau selama ini tidak laporan, "kau selama ini disuruh buat laporan, tapi apakah kamu pernah membuat laporan?. "Hah, laporan-laporan apakah itu ukuran kemampuan seseorang? apakah itu ukuran pengabdian seseorang?.

Apakah engkau tidak melihat? Berapa waktu yang harus dihabiskan? Berapa? hah. ukur saja dengan punyaknya orang-orang di sekelilingmu? Sudah pantas apa belum? .. Kenapa tidak menjawab.. Itukah ukurannya...

Bahkan sebenarnya engkau sendiri ingin berontak dari keadaan ini. Mendingan kamu, dapat dari kiri-kanan walaupun atas nama pengabdian.. atas nama prestasi yang engkau banggakan itu..

Hah.. engkau hanya bisa diam . Akupun diam, walaupun gemuruh di dada ini kian menyesakkan.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar :