Image     Buku Tamu   Humor    Buku Tamu   Site Map

27 Mar 2010

Sinar X dan ALARA

Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Penemuan sinar-X ini ternyata mampu mengantarkan ke arah terjadinya perubahan mendasar dalam bidang kedokteran [1]. Dalam kegiatan medik, sinar-X dapat dimanfaatkan untuk diagnosa maupun terapi. Untuk tujuan medik, tubuh manusia yang pada prinsipnya dapat dibedakan baik secara anatomi maupun fisiologi, pada mulanya merupakan obyek yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata. Namun dengan ditemukannya sinar-X tersebut, tubuh manusia ternyata dapat diubah menjadi obyek yang transparan.
Sinar-X mampu membedakan kerapatan berbagai jaringan dalam tubuh manusia yang dilewatinya. Dengan penemuan sinar-X ini, informasi mengenai tubuh manusia menjadi mudah diperoleh tanpa perlu melakukan operasi bedah. Karena daya tembusnya itu, maka sinar-X memegang peranan yang sangat besar dalam kegiatan medis. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar 50 % keputusan medis harus didasarkan pada diagnosa sinar-X. Bahkan untuk beberapa negara maju, angka tersebut bisa lebih besar lagi [2].
Aplikasi radiasi atau teknik nuklir secara umum dalam bidang kedokteran terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Demikian pula jenis radiasi yang digunakan. Jika sebelumnya hanya dikenal sinar-X dan sinar gamma, kini beberapa jenis partikel nuklir juga telah diaplikasikan dalam kegiatan medis [3]. Pemanfaatan teknik nuklir ini meliputi tindakan-tindakan radiodiagnosis, radioterapi dan
kedokteran nuklir. Ketiga jenis kegiatan tersebut umumnya menggunakan sumber radiasi yang spesifikasi fisiknya berbeda-beda. Ada dua jenis sumber radiasi, yaitu sumber terbungkus dan sumber terbuka. Radiasi dari sumber terbungkus digunakan dalam radioterapi untuk pengobatan tumor yang bersarang di dalam tubuh. Sedang radiasi dari sumber terbuka digunakan dalam kegiatan kedokteran nuklir untuk tujuan diagnosis, radioterapi dan penelitian medik.]

EFEK NEGATIF
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapari sinar-X segera teramati tidak berselang lama dari penemuan sinar-X [4]. Efek merugikan itu berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Pada tahun 1897 di Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar-X, sedang pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada tahun 1911 di Jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus tumor yang disebabkan oleh sinar-X. Meskipun beberapa efek merugikan dari sinar-X telah teramati, namun upaya perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X tersebut belum terfikirkan.
Studi intensif efek radiasi terhadap jaringan tubuh manusia terus dilakukan hingga pada akhirnya dapat diketahui bahwa radiasi dapat menimbulkan efek somatik berupa kerusakan sel-sel jaringan tubuh yang dapat menyebabkan munculnya kanker dan efek genetik berupa cacat pada keturunan [5]. Dengan demikian manusia pun menyadari bahwa di samping memberikan manfaat yang sangat besar, sinar-X
maupun radiasi secara umum dapat pula menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia yang perlu diwaspadai.
Metode ALARA
ALARA merupakan kependekan dari As Low As Reasonably Achievable. Yakni suatu filosofi dari penggunaan yang aman dari hari ke hari (setiap saat) bahan radioaktif. Hal ini menjadi sangat penting apabila seseorang atau organisasi berkeinginan untuk menjaga/mempertahankan pajanan radiasi serendah dan seefektif mungkin. Beberapa perubahan dalam prosedur seringkali dapat memperkecil pajanan radiasi terhadap seseorang. Filosofi ALARA ini mendorong seseorang untuk secara aktif mencari suatu metode untuk memperkecil padanan radiasi. Inti dari ALARA adalah "reasonably" yakni cara yang masuk akal yang diketahui dapat digunakan untuk menurunkan dosis serap ketika berhubungan dengan radiasi [BUL04].
Rekomendasi pemanfaatan sumber radiasi menurut metode ALARA:
1.    Justifikasi :
Ada tidaknya suatu manfaat ditentukan melalui analisis biaya-manfaat.
2.    Optimasi:
Dosis radiasi diminimalisasi melalui analisis turunan biaya-manfaat.
3.    Limitasi:
Dosis yang diterima harus dibawah dosis yang diijinkan.


Sumber Radioaktif
Sumber Radioaktif yang memancarkan radiasi gamma atau sinar-x akan mengakibatkan intensitas berupa ionisasi di udara. Dengan menggunakan sensor, seperti detektor GM misalnya, besarnya intensitas tersebut dapat diukur. Semakin besar aktifitas dari sumber tersebut, intensitas akan semakin besar. Semakin dekat jarak dari sumber tersebut, intensitas akan semakin besar pula.

Grafik hubungan antara intensitas dengan jarak dari sumber radiasi

Rumus yang digunakan dalam pembuatan simulasi ini adalah:
Dimana I adalah intensitas dengan satuan cacah/menit; R adalah jarak dari sumber; dan j adalah bilangan terurut membesar (0,1,2,3,4,..dst).
Secara kasar, dari persamaan diatas dapat dibuat grafik hubungannya (gambar 2.2). Puncak paparan tertinggi menyatakan jarak terdekat dengan sumber radiasi

untuk versi pdf ada di sini  dan kalau doc ada di di sini
* Buletin ALARA, Volume 4 nomor 1, Agustus 2002.
* Buletin ALARA, Volume 6 nomor 1, Agustus 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar :