Image     Buku Tamu   Humor    Buku Tamu   Site Map

26 Nov 2009

Pembenaran diri sendiri

"Baik, engkau bilang begitu telah kau anggap benar bukan ?".
"Aku tidak bermaksud untuk mencari pembenaran"
"Lalu ?"
"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku punya alasan untuk apa yang telah aku perbuat"
"Stop, Dulu", "Jangan menyela kalau aku belum selesai bicara"
"Jelas kan bahwa aku punya alasan"
"Apakah hanya dengan suatu alasan suatu tindakan terus jadi benar"
"Tapi ini untuk kebutuhan rumah tangga juga"
"Apakah kalau seseorang belum kuat makan daging, harus ngutang dulu supaya bisa makan"
"Lalu buat apa uang yang kita cari kalau tidak untuk makan, bukankah rejeki bagi kita itu yang sudah kita makan?", katanya semakin ketus..
"Tidak selamanya seperti itu, jangan menyalah artikan sesuatu menurut versimu"
"Iya, nanti kan kalau sudah makan, sudah ada tenaga, juga dapat digunakan untuk mencari uang"
"Hah, pemahaman yang dipaksakan", kemudan aku diam.. sambil mendengarkan apa yang ia katakan, walaupun kadang ada perasaan geli, karena apa yang ia katakan seperti apa yang dikatakan anak kecil yang tidak terbantahkan.
"Mas, buat apa sekarang kita berdebat, aku sudah capek"
"Lho, siapa yang bertengkar, kau dari tadi hanya mencari pembenaran terhadap diri sendiri, baik, benar bagimu belum tentu baik dan benar bagiku, demikian pula sebaliknya"
"Sudahlah, kalau memang kesalahanku tidak terampuni kembalikan saja aku ke rumah orang tuaku"
"Kok sampai orang tua segala dibawa-bawa"
"Aku sudah jenuh dengan kehidupan seperti ini"
"Maksudmu"
"Aku jenuh dengan pertengkaran setiap hari".
"Kalau aku bicara jangan kau terus berpikiran bahwa aku ini memarahimu, lalu menyangkutpautkan dengan masa lalumu, persoalan jangan dicampuradukkan"
"Lihatlah, berapa kewajiban yang harus kau selesaikan, banyakkan?, tapi kau masih saja mengurusi perasaan, rasa penarasan, menggali seberapa hatiku terpaut padamu, Ha..?"
"Jangan kau singgung-singgung tentang kewajibanku itu dulu"
"Bagaimana kau bisa menyelesaikan persoalan yang berat, kalau persoalan yang kecil saja tidak becus?"
"Tapi rasa hati ini Mas, aku selalu terpikir"
"Nah tuh kan, kau banyak kewajiban tapi tidak selesai, sementara pikiran ngelantur, Tuh lihat cucian banyak yang kotor, anak-anak mulai kehabisan pakaian untuk menggantinya", "Hah"
"Bosen mas ngurusi, pokoknya aku mau menghubungi orang tuaku"
"Lho, ini kok menjadi semakin runyam, tambah bingung jadinya. Wahai pikiran yang berada dibalik otak, yang memegang peranan dalam pengambilan keputusan, jangan kau ombang-ambingkan persoalan, jangan berlindung dibalik napsu menguasai dan mencari pembenaran"

bersambung..





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar :